Jumat, 17 Oktober 2008

Pemain Inginkan Pemimpin PBSI yang Membawa Perubahan Besar

Sebagai ujung tombak dari Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), pebulutangkis unggulan yang sudah menorehkan prestasi di kancah internasional berhak membuka suara untuk mengutarakan aspirasi. Meski pada pelaksanaan Munas PBSI 13-15 November mendatang tidak mempunyai hak suara, namun sejumlah pebulutangkis unggulan menginginkan pemimpin PBSI yang bisa membawa perubahan total dan dalam pemilihan ketua mendatang tidak dicampuri urusan politik.

Sejumlah pemain unggulan PBSI mengutarakan keinginannya agar calon 'bapak' mereka nanti bisa membawa perubahan di tubuh organisasi. Meski suara para atlet ini tidak bisa memberikan pengaruh besar terhadap pemilihan mendatang, namun mereka berharap siapapun nanti ketuanya bisa memperbaiki bagian keseluruhan di PBSI.

Dalam acara pertemuan yang dilaksanakan di kawasan Panglima Polim III Jakarta, Kamis (16/10) hadir sejumlah pemain bulutangkis andalan. Mereka menegaskan kehadiran lima atlet berprestasi itu sebagai wujud kepedulian mereka terhadap kemajuan dunia bulutangkis Indonesia yang dinilai mereka perlu perubahan yang lebih baik.

Sejumlah atlet yang hadir memberikan aspirasinya diantaranya Taufik Hidayat, Sony Dwi Kuncoro, Simon Santoso, Lilyana Natsir, dan Maria Kristin memberikan aspirasinya figur seperti apa yang dibutuhkan ujung tombak bulutangkis Indonesia.

Taufik yang lebih banyak bicara menegaskan bahwa pada dasarnya mereka ada dalam posisi netral. Tidak perduli militer ataupun sipil yang jelas nanti yang terpilih bisa memberantas penghambat kemajuan Bulutangkis di Indonesia. ''Kalau saya pribadi figur yang nantinya terpilih mempunyai leadership, punya wawasan luas, bisa cari dana dan tentu saja wawasan internasional juga ada. Jadi siapapun itu, yang terpenting bisa benar-benar membawa perubahan secara mendasar'' kata Taufik, peraih emas tunggal putra di Olimpiade Athena 2004.

Pemain lain yang juga hadir sepakat pemilihan mendatang jangan sampai dicampuri unsur politik. Sehingga bisa mengotori sportifitas dari olahraga bulutangkis itu sendiri. ''Saya pribadi tidak ingin ikut campur dalam urusan pemilihan ketua, tapi saya hanya ingin mengatakan siapapun ketuanya bisa memantau bawahannya dan bisa menciptakan regenarasi yang baik, sehingga kami sebagai pemain tidak perlu memikirkan hal ini. Dan olahraga bulutangkis masih bisa dipertahankan,'' imbuh Lilyana Natsir.

Keberadaan ketua memang tidak selalu berada dalam organisasi, untuk itu ketiga atlet yang lain Simon, Maria, dan Sony juga menambahkan agar ketua nantinya membawa perubahan baik terutama bisa membina bawahannya agar bekerja dengan baik. Pemain juga menginginkan agar permasalahan mereka bisa didengar, sehingga tugas berat mereka untuk bertanding bisa optimal.

Dalam pertemuan juga disinggung agar mereka bisa lebih memperhatikan kesejahteraan pemain, terutama jaminan pensiun di hari tua. Berbeda dari Malaysia dan China, dimana pemain unggulan sudah mendapat jaminan hari tua. Permasalahan yang belum terakomodasi ini bisa menghambat regenerasi berikutnya.

''Siapa yang ingin jadi atlet kalau masa depannya tidak jelas. Saya juga berpesan ketua nantinya bisa memantau bawahannya agar terhindar dari penyelewengan yang tidak semestinya terjadi. Karena ini salah satu faktor utama penghambat kemajuan dunia bulu tangkis Indonesia, diurus pengurus yang tidak loyal dan menyalahgunakan jabatan. Tapi secara keseluruhan kami ini tidak memihak manapun dan kami hanya ingin perubahan lebih baik lagi,'' pungkas Taufik bersuara lantang. (*/OL-03)

(Sumber: mediaindonesia.com)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda